Di Australia, Kapolri Beberkan Pendekatan Indonesia Hadapi Ancaman Terorisme

By Admin

nusakini.com--Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian diundang menjadi pembicara pada acara Eminent Speech on Counter Terrorism yang diselenggarakan di Universitas Edith Cowan Kampus Joondalup Australia Barat, Selasa (10/4). 

Dalam ceramah yang dihadiri sekitar 300 mahasiswa dan dosen serta pemerhati kontra terorisme di Perth, Kapolri berbicara mengenai strategi menanggulangi serangan jaringan terorisme di Indonesia.  

Mengawali kegiatan Eminent Speech on Counter Terrorism, Konsul Jenderal RI di Perth, Dewi Tobing menyampaikan bahwa hubungan bilateral kedua negara berjalan dengan baik termasuk di bidang pemberantasan terorisme dan kejahatan lintas negara. 

Tito menekankan terorisme tidak terkait dengan salah satu agama. Terorisme dapat tumbuh dan berkembang di mana saja. Terorisme dalam konteks global kontemporer dibagi dalam dua gelombang besar. Gelombang pertama Al-Qaeda sebagai jaringan kelompok terorisme global pertama kali di dunia. Di Indonesia Al Qaeda berafiliasi dengan kelompok Jemaah Islamiyah. Sementara, gelombang kedua sejak 2014 saat ISIS muncul sebagai ancaman baru bagi keamanan dunia. 

Diuraikan bahwa terorisme dapat dipicu oleh berbagai latar belakang seperti spiritual, emosional dan motif materi sehingga penanganannya harus tepat sasaran.  

Tito menjelaskan terorisme tidak mungkin diselesaikan hanya dengan penggunaan senjata (hard approach). Untuk itu Polri sebagai garda terdepan penanganan terorisme menggunakan strategi pendekatan lunak (soft approach) yang dijalankan dalam menghadapi kelompok teroris.  

Ia menyebut setidaknya ada lima langkah yang bisa ditempuh dalam pendekatan lunak menghadapi terorisme di Indonesia yakni deradikalisasi, kontra radikalisasi, kontra ideologi, kontra propaganda, menetralisir saluran dan menetralisir situasi yang mendukung penyebaran paham radikal. Pemuka agama dilibatkan dalam melaksanakan soft approach. 

Kapolri menggarisbawahi adanya penurunan kualitas dan jumlah serangan teror yang terjadi di Indonesia. Namun demikian, terdapat kekuatiran berkembangnya radikalisasi terutama di kalangan generasi muda seiring perkembangan teknologi seperti internet dan media sosial di Indonesia. 

Kapolri tidak lupa mengapresiasi Australian Federal Police yang selama ini menjadi mitra penting dalam penanganan terorisme. 

Pada akhir diskusi, Kapolri berkesempatan melayani pertanyaan dari beberapa peserta dan juga berdiskusi dengan Asosiasi Mahasiswa Indonesia Gelar Master dan Doktor di Perth, untuk membicarakan langkah-langkah penanganan terorisme dan radikalisasi terutama terkait langkah-langkah internet monitor yang dilaksanakan Polri.  

Eminent Speech on Counter Terrorism dibuka oleh Rektor Universitas Edith Cowan, Steve Chapman dan Konjen RI Perth Dewi Tobing. (p/ab)